Merupakan kali kedua saya berkunjung ke daerah ini untuk memeriahkan acara festival bahari yang menurut saya keren banget diadakan di Indonesia dengan inisiatif dan partisipasi penuh oleh Bupatinya sendiri. Namun ada pengamalan yang mengejutkan ketika saya berkunjung ke sana. Bukan dari rangkaian acara yang tidak keren, namun lebih kepada apa yang saya temukan langsung di sana.
Pada hari pertama diving saya di sana, seorang dive guide
lokal tiba-tiba menghampiri saya dan mengatakan “Kak, di Morotai saya masih
banyak ikan hiu yang dijual di pasar-pasarnya. Gimana ya caranya (supaya hiu
gak ditangkap dan dijual)?”. Bukan pertama kali saya mendengar kabar ini dan
memang beberapa tahun belakangan daerah Maluku Utara mengalami permasalahan
akan pada bidang perikanannya. Mulai dari bom ikan sampai dengan penangkapan
hiu. Kepada dive guide lokal ini, saya hanya bilang “Coba kalau ke pasar-pasar
itu lagi, foto bukti hiu dijual. Kirim ke aku dan coba sebar ke social media.
Kasih social punishment dulu, supaya pihak terkait juga tau ada penjualan hiu
di sana”.
2 hari kemudian, hal yang berhubungan sama hiu pun terjadi
lagi. Ini yang lumayan membuat ‘sakit hati’. Saya dan rombongan hari itu mengunjungi
pantai Pasitufiri atau Pastofiri. Di sana dikenal dengan lokasi fotografi yang
cukup apik. Saya pun ber-snorkeling ria di sana. Tiba-tiba seorang teman
berteriak dari kejauhan “Kak, ada sirip hiu” dan kemudian saya melihat langsung
sirip hiu yang diduga dari baby shark itu. Terlihat masih segar, daging
dalamnya memang alot, dan pastinya bau amis luar biasa.
Saya seketika terdiam sedih, memang baru pertama kalinya
lihat ‘barang bukti’ itu. Selama ini hanya melihatdari foto-foto yang dikirim
ke media sosial #savesharks. Saya menanyakan kepada penduduk lokal yang tahu
akan perburuan hiu di daerah sana, katanya kemungkinan sirip hiu berasal dari
pancingan nelayan semalam sebelumnya. Diver-diver lain pun hanya terdiam
melihat sirip hiu yang terpotong tersebut dan bingung mau melakukan apa.
Nasi sudah menjadi bubur. Beberapa sirip hiu lainnya yang
ditemukan dan dikumpulkan. Saya menyarankan kepada penanggung jawab trip hari
itu untuk membakar sirip-sirip tersebut agar meminimalisir potensi untuk sirip
itu dijual dan dikonsumsi.
Sebagai salah satu anggota komunitas yang
menyuarakan perlindungan hiu, baru kali pertama saya bingung untuk memberikan
solusi selain yang sudah disebutkan di atas. Yang lebih miris lagi adalah saya
mendapatkan pengalaman kurang nyaman ini ketika tujuan awal saya ingin
bersenang-senang. Well, mungkin ini namanya yang dikatakan tanggung jawab untuk
menyuarakan isu konservasi tidak mengenal waktu dan tempat....