Buat yang penasaran atau belum, Itong Hiu merupakan icon dari kampanye penyelamatan hiu yang saya ikuti bernama #savesharks, yang kemudian terbentuklah komunitas Savesharks Indonesia. Kampanye #savesharks ini mempunyai beberapa agenda, salah satunya Itong Goes To School. Kegiatan ini berupa kunjungan ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan isu hiu ke lingkup pendidikan.
(Info lebih lengkap mengenai Savesharks Indonesia, silahkan
melipir ke www.savesharksindonesia.org
)
Subang dan Purwakarta merupakan kota baru yang pertama kali
saya kunjungi di tahun ini. Tak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai 2 kota
itu karena waktu saya di sana juga terbatas. Mengapa 2 kota ini dikunjungi
untuk IGTS? Sebenarnya ini adalah rangkaian perjalanan kampanye ke 5 kota di 5 kabupaten
dan saya berkesempatan mengunjungi 2 kota ini.
Yang bisa saya bilang tentang kota ini adalah panas dan
banyak jalanan rusak. Hahaha.. Mirip memang dengan Jakarta. Tapi, jangan
samakan tingkat pendidikan di kota-kota sama dengan Jakarta. Sebelum mengadakan
kegiatan IGTS ini, beberapa siswa/i SMP dan SMA di 5 kabupaten ini mengikuti
lomba karya tulisa yang bertemakan mengenai konservasi. Dari hasil karya tulis
yang masuk, sangat disayangkan bahwa konten yang dihasilkan masih di bawah
standard yang diharapkan dari para siswa sekolah menengah ini. Isu ini masih
sangat baru untuk mereka, bahkan ada beberapa yang belum mengenalnya.
Pengalaman berkunjung ke kota-kota kabupaten ini memberikan
insight yang cukup menarik bagi saya. Sebagai seseorang yang ingin sekali
berkontribusi terhadap penyelamatan lingkungan, isu konservasi ini saya lihat
tidak merata menyebar di luar kota-kota besar. Bahkan untuk masuk ranah
pendidikan saat ini pun rasanya masih sangat kurang. Jangan mengerti isu
konservasi, mungkin saja mereka kurang paham mengapa alam atau lingkungan hidup
itu perlu dijaga atau diselamatkan.
Isu atau kampanye lingkungan dengan berbagai topik memang
baiknya diangkat dan disebarluaskan dengan bahasa sederhana tapi menarik dan
menyentuh sisi emosional manusia. Mengapa? Karena kalau manusia itu sendiri
tidak merasa ada keterkaitan dengan isu lingkungan tersebut, makanya dukungan
aksi atau bahkan perubahan perilaku untuk menyelamatkan lingkungan akan
terhambat. Well, memang itulah tantangan menjadi ‘aktivis’ lingkungan,
bagaimana bisa menyuarakan suatu aksi dan mempengaruhi orang lain terlibat di
dalamnya.